Jumat, 29 Januari 2010

MEMULIAKAN TAMU

Suatu hari Rasulullah kedatangan seorang tamu dirumahnya. Dari penampilan tamu itu bisa langsung ditebak, bahwa ia orang yang sangat miskin. Waktu itu Rasulullah sedang bercakap - cakap dengan tamunya.
"Saya sedang dalam kesempitan, ya Rasulullah. Tak ada sesuatupun yang aku punyai," jelas tamu itu ketika ia dipersilahkan masuk kedalam rumah oleh Rasulullah. Begitu tamu itu duduk, Rasulullah langsung beranjak kebelakang menemui istrinya. Kepada istrinya dikatakannya bahwa ada tamu yang dalam kesusahan datang, "Kita sendiri tidak mempunyai apa - apa yang bisa kita berikan, yang ada hanya air putih saja."

Mendengar penjelasan istrinya itu, Rasulullah sedikit kecewa karena ia tak berkesempatan menjamu tamunya yang sedang dalam kesulitan. Rasulullah balik keruang tamu menemui para sahabatnya. "
Siapa diantara kalian yang bersedia menjamu tamu malam ini ? Ia akan beroleh rahmat Allah S.W.T." "Saya, ya Rasulullah. Biarlah tamu itu menginap dirumahku saja." Salah satu diantara para sahabat Nabi itu menawarkan diri, yaitu orang Anshar.
Orang Anshar itu pulanglah. Sesampai dirumah ia menemui istrinya dan bertanya kepadanya tentang apa yang mereka miliki hari itu. "Ya, istriku. Tadi aku menyanggupi tawaran Rasulullah untuk menjamu tamunya yang sedang dalam kesulitan malam ini. Adakah makanan yang dapat kita jamukan untuk tamu kita itu ?"
"Sesungguhnya yang kita miliki cuma nasi untuk anak kita saja. Kalau ini kita sajikan, maka anak kita tidak dapat makanan malam ini."
"Kalau begitu bujuklah anak kita untuk segera tidur agar ia tidak merasa kelaparan."
"Tapi bagaimana ya, Nasi itu tinggal sedikit saja, tidak cukup untuk berdua."
"Begini saja, waktu tamu itu sudah datang, dan pada saat saya persilahkan makan, kamu pura - pura tidak sengaja mengibaskan lilin itu sehingga padam. Nanti, tamu itu kita persilahkan makan pada waktu gelap. Saya akan menemaninya sambil berpura - pura makan juga. Bila selesai ia makan, maka usahakan lilin sudah bisa dinyalakan."
"Baiklah ya suamiku, aku akan melakukan hal yang seperti itu."

Pada waktu tamu itu datang, maka dilaksanakanlah sandiwara tersebut. Esok harinya ketika orang Anshar dan istrinya bertemu Nabi, sebelum sempat berkata apa - apa. Nabi langsung tersenyum sambil berkata kepda mereka, "Aku benar-benar kagum dan hormat terhadap usaha kalian berdua kepada tamumu semalam itu."
Read more "MEMULIAKAN TAMU..."

Memberi Satu Dirham Lalu Allah Memberinya Seratus Dua Puluh Ribu Dirham

Dari Al-Fudhail bin Iyadh, ia berkata, seorang laki-laki menceritakan kepadaku: "Ada laki-laki yang keluar membawa benang tenun, lalu ia menjualnya satu dirham untuk membeli tepung. Ketika pulang, ia melewati dua orang laki-laki yang masing-masing menjambak kepal kawannya. Ia lalu bertanya, �Ada apa?� Orang pun memberitahunya bahwa keduanya bertengkar karena uang satu dirham. Maka, ia berikan uang satu dirham kepada keduanya, dan iapun tak memiliki sesuatu.
Ia lalu mendatangi isterinya seraya mengabarkan apa yang telah terjadi. Sang isteri lalu mengumpulkan perkakas rumah tangga. Laki-laki itu pun berangkat kembali untuk menggadaikannya, tetapi barang-barang itu tidak laku. Tiba-tiba kemudian ia berpapasan dengan laki-laki yang membawa ikan yang menebar bau busuk. Orang itu lalu berkata kepadanya, �Engkau membawa sesuatu yang tidak laku, demikian pula dengan yang saya bawa. Apakah Anda mau menukarnya dengan barang (daganganku)?� Ia pun mengiakan. Ikan itu pun dibawanya pulang. Kepada isterinya ia berkata, �Dindaku, segeralah urus (masak) ikan ini, kita hampir tak berdaya karena lapar!� Maka sang isteri segera mengurus ikan tersebut. Lalu dibelahnya perut ikan tersebut. Tiba-tiba sebuah mutiara keluar dari perut ikan tersebut

Wanita itu pun berkata gembira, �Suamiku, dari perut ikan ini keluar sesuatu yang lebih kecil daripada telur ayam, ia hampir sebesar telur burung dara�.
Suaminya berkata, �Perlihatkanlah kepadaku!� Maka ia melihat sesuatu yang tak pernah dilihatnya sepanjang hidupnya. Pikirannya melayang, hatinya berdebar. Ia lalu berkata kepad isterinya, �Tahukah engkau berapa nilai meutiara ini?� �Tidak, tetapi aku mengetahui siapa orang yang pintar dalam hal ini�, jawab suaminya. Ia lalu mengambil mutiara itu. Ia segera pergi ke tempat para penjual mutiara. Ia menghampiri kawannya yang ahli di bidang mutiara. Ia mengucapkan salam kepadanya, sang kawan pun menjawab salamnya. Selanjutnya ia berbicar kepadanya seraya mengeluarkan sesuatu sebesar telur burung dara. �Tahukah Anda, berapa nilai ini?, ia bertanya. Kawannya memperhatikan barang itu begitu lama, baru kemudian ia berkata, �Aku menghargainya 40 ribu. Jika Anda mau, uang itu akan kubayar kontan sekarang juga kepadamu. Tapi jika Anda menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, dia akan memberimu harga lebih tinggi dariku�.

Maka ia pun pergi kepadanya. Orang itu memperhatikan barang tersebut dan mengakui keelokannya. Ia kemudian berkata, �Aku hargai barang itu 80 ribu. Jika Anda menginginkan harga lebih tinggi, pergilah kepada si fulan, saya kira dia akan memberi harga lebih tinggi dariku�.
Segera ia bergegas menuju kepadanya. Orang itu berkata, �Aku hargai barang itu 120 ribu. Dan saya kira, tidak ada orang yang berani menambah sedikitu pun dari harga itu!� �Ya�, ia pun setuju. Lalu harta itu ditimbangnya. Maka pada hari itu, ia membawa dua belas kantung uang. Pada masing-masingnya terdapat 10.000 dirham. Uang itu pun ia bawa ke rumahnya untuk disimpan. Tiba-tiba di pintu rumahnya ada seorang fakir yang meminta-minta. Maka ia berkata, �Saya punya kisah, karena itu masuklah�. Orang itu pun masuk. Ia berkata, �Ambillah separuh dari hartaku ini. Maka, orang fakir itu mengambil enam kantung uang dan dibawanya. Setelah agak menjauh, ia kembali lagi seraya berkata, �Sebenarnya aku bukanlah orang miskin atau fakir, tetapi Allah Ta�ala telah mengutusku kepadamu, yakni Dzat yang telah mengganti satu dirhammu dengan 20 qirath. Dan ini yang diberikanNya kepadamu adalah baru satu qirath daripada-nya, dan Dia menyimpan untukmu 19 qirath yang lain.
Read more "Memberi Satu Dirham Lalu Allah Memberinya Seratus Dua Puluh Ribu Dirham..."

Mendahulukan Kepentingan Orang Lain

 Al-Waqidiy bercerita, "Suatu saat, saya berada dalam himpitan ekonomi yang begitu keras. Hingga tiba bulan Ramadhan, saya tidak mempunyai uang sedikitpun. Saya bingung, lalu aku menulis surat kepada teman saya yang seorang alawy (keturunan Ali bin Abi Thalib). Saya memintanya meminjami saya uang sebesar seribu dirham. Dia pun mengirimkan kepada saya uang sebesar itu dalam sebuah kantong yang tertutup. Kantong itu saya taruh dirumah. Malam harinya saya menerima sepucuk surat dari temen saya yang lain. Dia meminta saya meminjaminya uang sebesar seribu dirham untuk kebutuhan bulan puasa. Tanpa pikir panjang, saya kirimkan kantong uang yang tutpnya masih utuh.

Besok harinya saya kedatangan teman yang meminjamiku uang, juga teman alawy yang saya berhutang padanya. Yang alawy ini menanyakan kepada saya perihal uang seribu dirham itu. Saya jawab, bahwa saya telah mengeluarkan untuk suatu kepentingan. Tiba-tiba dia mengeluarkan kantong itu sambil tertawa dan berkata, � Demi Allah, bulan Ramadhan sudah dekat, saya tidak punya apa-apa lagi kecuali 1000 dirham ini. Setelah kau menulis surat pada saya, saya kirim uang ini kepadamu. Sementara saya juga menulis surat pada teman kita yang satu ini untuk pinjam seribu dirham. Lalu dia mengirimkan kantong ini kepada saya. Maka saya bertanya, bagaimana ceritanya hingga bisa begini? Diapun bercerita pada saya. Dan sekarang ini, kami datang untuk membagi uang ini, buat kita bertiga. Semoga Allah akan memberikan kelapangan pada kita semua.

Al-Waqidy berkata, "Saya berkata pada kedua teman itu, �Saya tidak tahu siapa diantara kita yang lebih dermawan.� Kemudian kami membagi uang itu bertiga. Bulan Ramadhan pun tiba dan saya telah membelanjakan sebagian besar hasil pmbagian itu. Akhirnya perasaan gundah datang lagi, saya berfikir, aduhai bagaimana ini?
Tiba-tiba datanglah utusan Yahya bin Khalid Al-Barmaky di pagi hari, meminta saya untuk menemuinya. Ketika saya menghadap pada Yahya Al-Barmaki, dia berkata, �Ya Waqidy! Tadi malam aku bermimpi melihatmu. Kondisimu saat itu sangat memprihatinkan. Coba jelaskan ada apa denganmu?�

Maka saya menjelaskannya sampai pada kisah tentang teman saya yang alawy, teman saya yang satunya lagi dan uang 1000 dirham. Lalu dia berkomentar, �Aku tidak tahu siapa diantara kalian yang lebih dermawan.� Selanjutnya, dia memerintahkan agar saya diberi uang tiga puluh ribu dirham dan dua puluh ribu dirham untuk dua teman saya. Dan dia meminta saya untuk menjadi Qadhi."
Read more "Mendahulukan Kepentingan Orang Lain..."

Sabtu, 16 Januari 2010

Bisikan Rinduku

Setapak demi setapak disaksikan
Kaki ini melangkah tanpa arah
Sibakkan lautan debu di bumi
Butir-butirnya pun bawakan pesan
Berterbangan dengan nafasku
Ku bisikan seribu kata rinduku
Kunantikan selalu kabar dari angin utara
Diantara genggaman pepohonan
Dan ranting-ranting kering yang memelukmu
Melayang bersama keringnya dedaunan
Ukirkan untaian permata katamu kuharapkan
Hati ini begitu rindu akan kasihmu
Kerinduan ini terasa dalam di jiwaku
Kutahan senyumanku
Kubendung aliran air mataku
Harapkan sapa walau hanya bayanganmu. Read more "Bisikan Rinduku..."

Rabu, 13 Januari 2010

Sinar Cintaku

Mentari begitu malu-malu pagi ini
Sinarnya tampak kemilau menerpa embun
Kicau burung iringi tarian pepohan
Dahan gemulai di dedaunan dan rumputpun turut bergoyang

Nafas hembuskan rasa cinta
Terlempar senyuman menyambut pagi
Tersirat wajah ayumu
Menggambar di depan pelupuk mataku.

Kurindukan pagi ini dengan kasihmu
Kuingin menari dengan simbahan alam ini
Yang sejukkan hati
Yang hidupakan jiwa ini Read more "Sinar Cintaku..."

Senin, 04 Januari 2010

Dewiku Pujaanku

Dewiku......
rembulan tampak bersinar di wajahmu
kabut tipis serasa mengelilingi dirimu
kau menari dengan senyummu
merdu suaramu luluhkan hatiku

Dewiku.....
kau jauh lambaikan lentik jemarimu
jejak langkahmu tak terlihat
tersapu debu yang berterbangan
ku hanya bisa memandangmu

Dewiku......
mengapa kau tak pernah tahu perasaanku
mengapa kau  tak bisa mengartikan senyumanku
mengapa kau tak mengerti akan cintaku
mengapa kau begitu semu di pandangganku

Dewiku......
kuingin kau ada disetiap waktuku
kuingin kau ada dalam hari-hariku
kuingin kau bagian dari jiwaku
kuingin kau menjadi belahan jiwaku. Read more "Dewiku Pujaanku..."

Jumat, 01 Januari 2010

Jin dan Tiga Manusia

Jin dan Tiga Manusia Menurut Gus Dur, pernah ada sebuah kapal berisi penumpang berbagai bangsa karam. Ada tiga orang yang selamat, masing-masing dari Perancis, Amerika dan Indonesia. Mereka terapung-apung di tengah laut dengan hanya mengandalkan sekeping papan.
Tiba-tiba muncul jin yang baik hati. Dia bersimpati pada nasib ketiga bangsa manusia itu, dan menwarkan jasa. “Kalian boleh minta apa saja, akan kupenuhi,” kata sang jin. Yang pertama ditanya adalah si orang Perancis.
“Saya ini petugas lembaga sosial di Paris,” katanya.
“Banyak orang yang memerlukan tenaga saya. Jado tolonglah saya dikembalikan ke negeri saya.” Dalam sekejap, orang itu lenyap, kembali ke negerinya.

“Kamu, orang Amerika, apa permintaanmu?”
“Saya ini pejabat pemerintah. Banyak tugas saya yang terlantar karena kecelakaan ini. Tolonglah saya dikembalikan ke Washington.”
“Oke,” kata jin, sambil menjentikkan jarinya. Dan orang Amerika lenyap seketika, kembali ke negerinya.
“Nah sekarang tinggal kamu orang Indonesia. Sebut saja apa maumu.”
” Duh, Pak Jin, sepi banget disini,” keluh si orang Indonesia. “Tolonglah kedua teman saya tadi dikembalikan ke sini.”
Zutt, orang Perancis dan Pria Amerika itu muncul lagi. Read more "Jin dan Tiga Manusia..."
 

Free Blog Templates

http://bigbaggio.blogspot.com/

Blog Tricks

Easy Blog Tricks

Powered By Blogger

Great Morning ©  Copyright by PUISI | Template by Blogger Templates | Blog Trick at Blog-HowToTricks